Kete Kesu Tana Toraja

Tana Toraja: Menjelajah Keindahan Budaya dan Alam

Tana Toraja adalah salah satu destinasi wisata yang cukup populer di Indonesia. Daerah ini terletak di Sulawesi Selatan, dan terkenal dengan budayanya yang unik dan alamnya yang indah.

Gw baru aja balik dari perjalanan ke Tana Toraja. Di sana gw habiskan waktu selama lima hari untuk menjelajahi keindahan budaya dan alam Tana Toraja.

Tentang Tana Toraja

Tana Toraja adalah daerah yang dihuni oleh suku Toraja. Suku Toraja dikenal dengan budayanya yang unik, seperti upacara pemakamannya yang megah.

Budaya Toraja juga sangat menghormati alam. Hal ini terlihat dari bagaimana mereka membangun rumah adatnya, yang disebut Tongkonan, yang berbentuk seperti perahu terbalik.

Perjalanan ke Tana Toraja

Gw berangkat ke Tana Toraja, dari Jakarta dengan pesawat ke Makassar perjalanannya sekitar tiga jam. Lalu dilanjutkan dengan bus semalamam ke Tana Toraja.

Sesampainya di Tana Toraja, gw langsung menuju ke hotel untuk check in. Setelah itu, gw langsung berangkat ke Desa Kete Kesu, salah satu desa tradisional Toraja yang paling terkenal.

Kete Kesu: Desa Tradisional Tana Toraja

Desa Kete Kesu terletak di Kecamatan Kesu, Kabupaten Toraja Utara. Desa ini terkenal dengan rumah adatnya yang masih asli, serta kuburannya yang unik, yaitu hanging coffins.

Saat gw tiba di Desa Kete Kesu, gw langsung disambut oleh pemandangan yang indah. Rumah adatnya yang terbuat dari kayu berdiri kokoh di antara pepohonan yang rindang.

Rumah adat Toraja memiliki bentuk yang unik, yaitu berbentuk perahu terbalik.

Setelah itu, gw mengunjungi kuburan hanging coffins. Hanging coffins adalah kuburan yang terletak di tebing-tebing batu. Kuburan ini biasanya digunakan untuk menguburkan orang-orang yang memiliki status sosial tinggi.

Hanging coffins of Tana Toraja

Hanging Coffins: Keunikan Budaya Tana Toraja

Peti mati yang diletakkan di tempat tinggi adalah salah satu keunikan budaya Tana Toraja. Kuburan ini biasanya digunakan untuk menguburkan orang-orang yang memiliki status sosial tinggi, seperti kepala suku atau bangsawan.

Terdapat dua jenis, yaitupeti mati yang diletakkan di tebing batu, dan peti mati yang diletakkan di pohon.

Lokasi peti mati yang paling terkenal adalah di Desa Kete Kesu. Di desa ini, terdapat sekitar 100 peti mati yang tergantung di tebing-tebing batu.

Kesimpulan

Gw sangat menikmati perjalanan gw ke Tana Toraja, karena bisa belajar banyak hal tentang budaya dan alam Tana Toraja.

Gw sangat merekomendasikan Tana Toraja sebagai destinasi wisata bagi lu semua yang ingin mengenal budaya dan alam Indonesia yang unik.

Tips untuk Perjalanan ke Tana Toraja

  • Cuaca terbaik saat musim kemarau, yaitu antara bulan April hingga Oktober.
  • Siapkan pakaian yang nyaman dan hangat, karena suhu di Tana Toraja bisa cukup dingin.
  • Bawalah kamera untuk mengabadikan momen-momen indah di Tana Toraja.

Leave a Reply