Annapurna Circuit: Petualangan Dua Minggu di Himalaya

Kalo menurut lu jalan kaki selama dua minggu di pegunungan Himalaya adalah ide bagus, maka rute Annapurna Circuit adalah pilihan yang tepat.

Gw berkesempatan untuk melakukan pendakian Annapurna Circuit, salah satu pendakian paling populer di Himalaya. Rute ini mengelilingi pegunungan Annapurna, yang merupakan bagian dari Pegunungan Himalaya. Pendakian ini menawarkan pemandangan yang sangat indah, mulai dari pegunungan yang menjulang tinggi hingga desa-desa tradisional Nepal.

Di pegunungan Himalaya, Annapurna terletak di sebelah Barat Everest. Di pegunungan Annapurna ada lebih dari tiga puluh puncak gunung dengan ketinggian di atas 6000 m; dengan puncak tertinggi Annapurna I yang merupakan gunung tertinggi kesepuluh di dunia, dengan ketinggian 700 m di bawah Everest.

Trek Annapurna Circuit melintasi dua lembah sungai (salah satunya Kali Gandaki, yang merupakan salah satu lembah terdalam di dunia) dan mengelilingi pegunungan Annapurna. Trek ini merupakan salah satu trek jarak jauh yang terbaik di dunia, karena melewati ketinggian dan zona iklim yang bervariasi mulai dari subtropis sampai arktik. Desa-desa pegunungan dengan budaya yang bervariasi dari Nepal sampai Tibet tersebar di wilayah ini, menyediakan tempat bagi para pendaki untuk mendapatkan makanan dan bermalam, sehingga memudahkan bagi pendaki di segala level pengalaman. Cukup membawa backpack yang berisi kebutuhan-kebutuhan utama, yang penting siap mental untuk mendaki.

Perjalanan dari Kathmandu

Gw memulai perjalanan gw dari Kathmandu, ibu kota Nepal. Dari Kathmandu, gw naik minivan ke Besisahar, sebuah kota kecil yang menjadi titik awal pendakian Annapurna Circuit.

Perjalanan dari Kathmandu ke Besisahar memakan waktu sekitar 8 jam. Minivan yang gw tumpangi sangat sempit dan penuh sesak.

Sesampainya di Besisahar, gw menginap di sebuah guesthouse sederhana. Keesokan paginya, gw memulai pendakian dari Besisahar, dengan berjalan menuju ke arah Utara di mana jalanan beraspal berubah menjadi jalur tanah.

Melewati sebuah pasar, gw melihat seorang pria yang sedang memuat barang-barang ke dalam truk 4×4. Gw menghampirinya dan bertanya apakah dia bisa mengantar gw ke Chume.

Setelah negosiasi singkat, kami sepakat dan akhirnya gw ikut truk itu, berangkat pada siang hari setelah semua muatannya penuh.

Perjalanan dengan truk itu tentunya sangat cepat dibanding jalan kaki meskipun gak terlalu nyaman, terlebih dengan jalanan yg menanjak, ga rata dan berbatu.

 

Chume terletak di level ketinggian yang jauh di atas Besisahar. Dengan menggunakan kendaraan, gw skip bagian trek hutan hijau subtropis, ya gapapa lah karena gw kayaknya juga lebih excited dengan bagian trek yang ada salju-saljunya. Kalau jalan kaki mungkin akan memakan waktu tiga hari, tapi dengan truk ini dalam waktu kurang dari 6 jam, gw sudah sampai di Chume.

Little shits tried to hit me with wrench
Crossing this kind of rope bridge always freaks me out
Found a heaven after a long walk

Selanjutnya ya, tidur, makan, jalan. Gitu aja terus berhari-hari, sampai tiba di Manang, salah satu desa yang penting di rute ini.

Tibetan prayer flag pole
Along the Marsyangdi River
Seeing this while taking a dump at Manang

 

Leave a Reply